Ossetia Selatan: wilayah Georgia yang memisahkan diri sedang mempertimbangkan referendum tentang aneksasi ke Rusia

Ossetia Selatan: wilayah Georgia yang memisahkan diri sedang mempertimbangkan referendum tentang aneksasi ke Rusia

Presiden siapkan referendum
Ossetia Selatan berencana untuk bergabung dengan Rusia

Pada tahun 2014, Rusia mencaplok Krimea setelah referendum yang tidak diakui. Aneksasi Ossetia Selatan dapat berlangsung dengan cara yang sama. Di sana, Presiden Gagloyev yang baru terpilih sedang mempertimbangkan referendum jika ada sinyal yang sesuai dari Kremlin.

Di Georgia, presiden baru wilayah separatis Ossetia Selatan sedang mempertimbangkan referendum persatuan dengan Rusia, tetapi pertama-tama ingin menunggu sinyal dari Moskow. Sebelum referendum semacam itu diadakan, Rusia harus ikut serta, kata pemenang pemilihan akhir pekan, Alan Glagoev, kepada kantor berita Rusia TASS.

Setelah perang singkat melawan Georgia pada 2008, Rusia mengakui Ossetia Selatan dan wilayah pesisir Abkhazia sebagai wilayah merdeka. Dengan demikian, para pemimpin Moskow telah menciptakan preseden dalam hubungan mereka dengan Ukraina. Sebuah referendum di Ossetia Selatan sekarang dapat mengikuti model Ukraina, di mana Krimea dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014 setelah referendum yang tidak diakui secara internasional.

“Ini bukan proses sepihak,” kata Gageov, menurut kantor berita TASS, merujuk pada Rusia. “Kita harus memahami mitra strategis kita. Begitu ada sinyal, segera setelah ada kesepakatan bahwa waktunya telah tiba, kita pasti akan menyelenggarakan referendum ini.” Pemerintah Georgia menyebut referendum seperti itu tidak dapat diterima. Rusia telah memberikan dukungan keuangan ke Ossetia Selatan dan wilayah pesisir Abkhazia, dan telah mengerahkan ribuan tentara di sana. Penduduk ditawari kewarganegaraan Rusia.

Rusia juga selama bertahun-tahun mendukung separatis pro-Rusia di Donbass, Ukraina timur. Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui wilayah Lugansk dan Donetsk yang dikuasai separatis sebagai wilayah merdeka pada 21 Februari, dan tiga hari kemudian invasi Rusia ke Ukraina dimulai. Sejak itu, tentara Rusia telah menguasai bagian timur dan selatan Ukraina. Di selatan, ia ingin membuat koneksi dengan Transnistria – jalur sempit Republik Moldova di perbatasan dengan Ukraina. Transnistria Pro-Rusia telah memisahkan diri dari Moldova, yang diakui Rusia tetapi tidak diakui oleh komunitas internasional.

READ  Demonstrasi menentang Putin: "Tidak untuk perang!" - Kebijakan luar negeri
Written By
More from Lukman Haq
‘Biarkan rasa sakitnya tak tertahankan’: Kebencian menjijikkan dari ratu sayap kiri | Politik
“Semoga rasa sakit mereka tak tertahankan” | Kebencian sayap kiri ratu yang...
Read More
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *