Membuat vaksin lebih sulit daripada obat-obatan

Jakarta

Banyak orang sedang mengembangkan vaksin COVID-19 yang kuat untuk melawan efek virus. Namun, seorang vaksinasi Indonesia, Dr. Jane Sopardy mengimbau masyarakat untuk waspada dan tidak lalai mengikuti protokol kesehatan. Itu tidak berarti bahwa mereka kebal terhadap penyakit.

“Jika kita cukup beruntung mendapatkan vaksin COVID-19, sebaiknya kita tidak menolak. Kita patut bersyukur jika mendapatkan vaksin ini,” kata Dr. Jane dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/11/2020).

Acara yang digelar di COVID-19 dan Media Center Pemulihan Ekonomi Nasional (KPPN) pada Senin (23/11) ini mengusung tema “Proses Imunisasi di Indonesia”.

Dari pengalaman puluhan tahun dalam vaksinasi, Dr. Jane setuju bahwa vaksinasi adalah pilihan terakhir untuk menghentikan penyebaran COVID-19 dan membangun kekebalan bersama.

Pengetahuan ilmuwan tentang COVID-19 sangat terbatas, selalu ada yang baru. “Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika kami memiliki COVID-19 sekarang dan itu akan pulih,” katanya.

Ia mengimbau masyarakat untuk memperhatikan vaksin COVID-19 sehubungan dengan wabah COVID-19 yang sedang berlangsung. Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak cuek dengan fakta bahwa COVID-19 hanya dapat bersentuhan dengan orang yang terinfeksi satu kali. Dia mencontohkan penyakit cacar air. Penyakitnya tidak kunjung sembuh, tetapi seseorang bertambah tua.

“Misalnya kita terkena cacar air saat kita masih kecil. Kita kembali lagi. Virus cacar ada di saraf ganglia. Nanti, mungkin 15-20 tahun kemudian, saat kita berada dalam keadaan yang buruk, sebuah nama muncul.” Herpes zoster (Cacar ular) Dia menjelaskan bahwa dia sangat sakit.

Ia menambahkan, infeksi virus kolera sangat cepat. Ia mengimbau masyarakat untuk tidak cuek dan memperhatikan ketersediaan vaksin nantinya. Ia mengatakan, vaksin hanya bisa diberikan jika terbukti orang sehat itu sehat.

READ  Peringkat Akhir MotoGP 2020 Pelari Franco Morbidili

Masyarakat juga harus sadar bahwa vaksin dan obat-obatan tidaklah sama, sama sekali berbeda. Mempersiapkan vaksin lebih sulit daripada membuat obat. Meski begitu, vaksin jauh lebih sulit diterima daripada obat, ”kata Dr. Jane.

Ia mengatakan vaksin diberikan kepada orang sehat dan obat diberikan kepada orang yang sudah sakit.

Sementara itu, juru bicara Satgas COVID-19 sekaligus duta pengalaman baru, Dr. Reisa Broto Asmoro, juga menyampaikan bahwa dalam kasus pandemi COVID-19 lebih baik melakukan tindakan preventif daripada pengobatan. Meski nanti vaksinnya akan tersedia, Dr. Reisa mengimbau masyarakat untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

Mengapa kita sakit jika kita bisa mendapat vaksin khusus? Dan kita harus mengingatnya, kita harus disiplin untuk menjaga diri kita sendiri dan orang lain. Minimal 3m, pakai masker dengan benar, jarak aman minimal 1m, lalu cuci. Bilas tangan Anda sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir setidaknya selama 20 detik.

(Penuh / mpr)

Written By
More from Saddam Javed
Covide-19 yang berusia 25 tahun ini adalah orang Amerika pertama yang menandatangani kontrak dua tahun
Nevada, Beritasatu dot com Penduduk Nevada berusia 25 tahun adalah warga negara...
Read More
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *